Sabtu, 12 Maret 2011

produk terbaru dan sangat diminati....

anda yang memilih desain kami yang mencoba memberikan apa yang anda inginkan

sejarah cikal bakal daerah nganjuk

Sejarah pemerintahan kabupaten pace sangat sulit diungkapkan
Karena kurangnya data yang dapat menjelaskan keberadaannya. Demikian pula halnya dengan mata rantai hubungan antara kabupaten pace dengan kabupaten berbek. Sehubungan dengan hal tersebut maka pembahasan tentang sejarah pemerintahan kabupaten nganjuk dimulai dari keberadaan kabupaten berbek
Berdasarkan peta jawa tengah dan jawa timur pada permulaan tahun 1811 yang terdapat dalam buku tulisan Peter Carey yang berjudul :”Orang jawa dan masyarakat Cina (1755-1825)”,penerbit pustaka Azet, Jakarta,1986;diperoleh gambaran yang agak jelas tentang daerah nganjuk.apabila dicermati peta tersebut ternyata daerah nganjuk terbagi dalam 4(empat)daerah ,yaitu Berbek ,Godean dan Kertosono.dengan catatan , bahwa Berbek,Godean,Nganjuk dan Kertosono merupakan daerah yang dikuasai belanda dan kasultanan Yogyakarta,sedangkan daerah nganjuk merupakan mancanegara kasunanan Surakarta
Timbul pertanyaan, apakah keempat daerah tersebut mempunyai status sebagai daaerah kabupaten yang dipimpin oleh seorang bupati (Raden Tumenggung) atau berstatus lain? Dari silsilah keturunan raja negeri bima, silsilah Ngarso Dalem Sampean Dalem ingkang Sinuwun Kanjeng Sulatan Hamengkubuwono1 atau asal usul Raden Tumenggung Sosrodi-Ningrat Bupati Nayoko Wedono Lebet Gedong Tengen Rajekwesi dapat diperoleh kesimpulan bahwa memang benar daerah-daerah tersebut pada waktu itu merupakan daerah kabupaten. Adaoun penguasa daerah Berbek dan Godean dapat dijelaskan sebagai berikut:
1, Raja bima mempunyai seoarang putra, yaitu: Haji Datuk Sulaeman, yang kawin dengan putri Kyai Wiroyudo dan berputra 4(empat) orang yaitu;
1. Nyai Sontoyudo
2.Nyai Honggoyudo
3.Kyai Derpoyudo
4.Nyai Damis Rembang
2. Nyai Honggoyudo berputra:
1. Raden Ayu Rongso Sepuh
2. Raden Ayu Tumenggung Sosronegoro
3. Raden Ngabei Kertoprojo
4. Mas Ajeng Kertowijoyo
3. Raden Tumenggung Sosronegoro I,Bupati Grobongan, mempunyai putra sebanyak 30(tiga puluh) orang, antara lain:
1. Raden Tumenggung Sosrodiningrat I (putra I)
2. Reden Tumenggung Sosrokoesoemo I (putra VII)
3. Raden Tumenggung Sosrodirjo (putra ke XXIII)
4. Raden Tumenggung Sosrokoesoemo I adalah Bupati Berbek (sebelaum pecah dengan Godean) Berputra sebanyak 19(sembilan belas) orang ,antara lain :
1. RMT Sosronegoro II(putra ke-2)
2. RT. Sosrokoesoemo II (putra ke-11).
Menurut pengamatan penulis, ketika RT Sosrokoesoemo I meninggal dunia, telah digantikan adiknya, yakni RT Sosrodirdjo sebagai Bupati Berbek. Setelah itu Berbek di pecah menjadi dua daerah, yaitu berbek dan godean. RT. Sosrodirdjo tetap memimpin daerah Berbek, sedangkan Godean dipimpin oleh keponakannya yaitu RMT.Sosronegoro II (putra kedua dari RT Sosrokoesoemo I). selanjutnya, menurut perkiraan, setelah kedua bupati tersebut surut/pension, kabupaten Berbek yang dipimpin oleh RT.Sosrokoesoemo II (Putra ke-11 dari RT.Sosrokoesoemo I).
Tentang kabupaten Nganjuk dan Kertosono belum dapat diungkapkan lebih kauh, karena dalam perkembangan selanjutnya kedua daerah tersebut bergabung manjadi satu dengan daerah Berbek, yang diperkirakan terjadi sebelum tahun 1852. Adapun bupati Nganjuk sekitar tahun 1830 adalah RT.Brotodikoro, sedangkan bupati Kertosono adalah RT.Soemodipoero.

Sabtu, 05 Maret 2011

BMI HONGKONG DWSAK PEMERINTAH RI PULANGKAN TKI DI ARAB


 

CAUSEWAY BAY (voa-islam.com) – Sesama buruh migran, BMI Hong Kong berunjuk rasa mendesak pemerintah agar memperhatikan BMI Arab yang terlantar di kolong jembatan.
Ratusan BMI Hong Kong melakukan aksi damai di depan KBRI di kota Causeway Bay, Ahad (23/1/2011). Massa gabungan dari puluhan organisasi Islam maupun non Islam tersebut menuntut pemerintah Indonesia agar lebih serius menangani kasus-kasus BMI dan meminta pemerintah agar memberlakukan kontrak mandiri untuk menghindari BMI dari cengkeraman agen liar. Terkait nasib TKI di Arab, BMI menuntut pemerintah agar melakukan tindakan nyata bagi BMI Arab yang terlantar di kolong jembatan.
Aksi damai dimulai pukul 3 sore waktu setempat. Meski sama-sama bekerja negeri orang, BMI Hong Kong relatif tertolong karena peran serta aktif organisasi-organisasi dan yayasan-yayasan buruh migran yang getol memperjuangkan hak BMI. Tanpa ini, nasib BMI Hong Kong tidak akan jauh beda dengan BMI di negara lain.
Nina, salah seorang BMI kepada voa-islam menyatakan sangat bersemangat mengikuti unjuk rasa sebagai bentuk solidaritas sesama BMI.
“Saya di Hong Kong dan mereka yang terlantar di kolong jembatan di Arab adalah sama-sama manusia dan sama-sama menjadi BMI. Sudah sewajarnya saya harus melakukan tindakan, menekan pemerintah untuk memulangkan BMI tersebut,” ujarnya bersemangat. “Kasihan mereka, rakyat itu harusnya dilayani dengan baik, bukan dijadikan sapi perahan yang seenaknya aja dieksploitasi demi mengeruk keuntungan,” tambahnya.
BMI asal Jawa Tengah ini sangat prihatin dengan nasib TKW di Arab. Menurutnya, TKW hanya dijadikan budak untuk mengeruk devisa, sementara nasib dan hak-haknya ditelantarkan.
“Sebenarnya apa sih maunya pemerintah? Mengirim anak bangsa menjadi BMI untuk mengeruk devisa, tapi hak-haknya justru disia-siakan. Kontrak mandiri saja hingga kini masih belum diberlakukan, rakyat terlantar juga didiamkan. Apakah pemerintah masih punya mata dan hati?” kecamnya.
Sementara Ari, seorang menyatakan bergabung dalam aksi solidaritas tersebut untuk menyuarakan hati nurani para BMI kepada pemerintah yang dinilai telah menzalimi para BMI.
....Pemerintah cuma menjadikan kami sebagai tumbal. Devisanya mau tapi kesusahan kami mereka angkat tangan....
“Pemerintah cuma menjadikan kami sebagai tumbal. Devisanya mau tapi kesusahan kami mereka angkat tangan,” katanya  berapi-api.
Menurut Ari, perkiraan dana untuk memulangkan dua ratus TKI Arab yang terlantar tersebut hanya butuh dana 7,5 milyar. Jumlah ini tidak sebanding dengan devisa yang masuk ke negara oleh jerih payah TKI.
“Anehnya, pemerintah lepas tangan terhadap masalah ini. KBRI pura-pura buta terhadap nasib rakyatnya sendiri,” protes Ari. “Bangsa kita sudah tidak punya malu. Lihatlah, dunia menyaksikan kekerdilan pemerintah kita yang tidak mampu melindungi rakyatnya yang menjadi BMI. Sangat memalukan, padahal rakyat menjadi BMI itu akibat ketidakmampuan pemerintah menyediakan lapangan pekerjaan,” tutupnya.
Meski protes yang disampaikan cukup keras, namun unjuk rasa berlangsung tertib tanpa ada kericuhan apapun. Pukul empat sore waktu Hong Kong demonstrasi diakhiri. Sayangnya, tidak ada satupun pejabat KBRI yang mau mendengarkan keluhan BMI. IWAN KAOSWAROK






banyak yang coba kita ungkapkan dengan produk ini...